Kebijakan Pengelolaan Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi
Di era globalisasi, informasi telah menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan manusia. Pemanfaatannya telah merambah ke seluruh aspek kehidupan tidak terkecuali di bidang perpustakaan yang penyampaiannya telah sedemikian canggihnya sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi. Di negara-negara maju pemanfaatan teknologi informasi sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat sehingga secara mandiri mereka dapat memperoleh informasi yang diperlukannya untuk menambah pengetahuannya. Teknologi informasi merupa-kan sarana yang menyediakan sumber ilmu pengetahuan yang tidak habis-habisnya untuk digali dan dimanfaatkan oleh siapa saja yang membutuhkannya. Bergesernya fenomena bahwa pendidikan tidak lagi sebagai satu-satunya sumber ilmu menempatkan kedudukan perpustakaan sebagai salah satu lembaga penyedia informasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Salah satu kekuatan daya saing bangsa yang dapat dimanfaatkan dalam meng-antisipasi setiap perubahan baik di tingkat nasional maupun global adalah ketersediaannya informasi mutakhir yang lengkap yang dapat dimanfaatkan. Ketepatan pengambilan keputusan, menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan sangat memerlukan dukungan informasi yang layak. Dampak dari kurangnya informasi bermutu tidak saja berimbas pada para penyelenggara negara tetapi juga pada sistem pendidikan nasional kita.
Melalui teknologi informasi dapat pula dijalin sistem kerjasama perpustakaan baik di tingkat nasional, regional dan internasional sehingga kebutuhan informasi dapat dipenuhi di tingkat global. Penerapan teknologi informasi di perpustakaan selain mempercepat proses pengelolaan dan sistem pelayanan yang lebih menjanjikan, juga memiliki manfaat positif bagi masyarakat meningkatkan kemampuan diri agar tidak gagap teknologi di era globalisasi ini.
Toffler telah mensinyalir bahwa akan terjadi suatu perubahan yang diikuti dengan munculnya peradaban baru (new civilization) dalam kehidupan manusia yang berpengaruh pada seluruh tata cara dan peradaban kehidupan. Era globalisasi, merupakan salah satu wujud awal terjadinya perubahan peradaban manusia tersebut, ketika manusia memperlakukan informasi menjadi sumber daya strategis (strategic resource) menggantikan modal (capital) sebagai sumber daya strategis di era industri . Saat ini kesuksesan ekonomi tidak lagi ditentukan oleh capital-intensive tetapi telah digantikan dengan brain-intensive, di mana penguasaan technical-know-how dan informasi merupakan prasyarat yang perlu dipenuhi.
Secara bertahap tapi pasti, era teknologi informasi dan komunikasi telah meng-ubah sistem pengembangan, pengolahan dan layanan informasi di bidang perpustakaan. Penerapan aplikasi multimedia pada teknologi informasi memungkinkan pengguna perpustakaan mendapat informasi yang diperlukannya dalam bentuk informasi maya (virtual information). Jenis informasi ini tidak lagi disampaikan di atas media kertas tetapi dikemas dalam bentuk compact disk (CD) dan dapat diakses melalui jaringan internet yang kini telah menjadi salah satu alternatif unggulan di bidang layanan informasi. Virtual library merupakan wadah/lembaga pengolah, dan penyampaian informasi maya yang penyam-paiannya lebih cepat, lengkap dan atraktif kepada masyarakat yang membutuhkannya.
Pada umumnya, pengertian masyarakat tentang teknologi informasi masih sebatas tentang pemanfaatan jaringan yang dapat menyampaikan informasi secara cepat dan akurat. Pengertian tersebut belum meliputi aspek-aspek lain seperti penyediaan sumber informasi (sources), masukan (inputs), pengolahan (processes) dan hasil/luaran (outputs) yang semua itu sangat menentukan kualitas informasi yang disampaikan dan baru dapat dilaksanakan dengan baik apabila ditangani oleh SDM yang memiliki kemampuan di bidang tersebut. Dalam hal ini, teknologi informasi hanyalah sarana yang berfungsi sebagai wadah (container), saluran (channel) dalam menyampaikan informasi (content) agar dapat diakses oleh penggunanya.
Kebijakan Pemerintah di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi informasi dan komunikasi atau ICT (Information and Communication Technology) merupakan sarana yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada pengguna melalui jaringan berbasis teknologi informasi. Beberapa kebijakan pemerintah tentang perlunya ICT telah diatur oleh berbagai peraturan perundangan yang berlaku. Kebijakan awal pemerintah yang berhubungan dengan ICT ditujukan untuk meningkatkan kemampuan daya saing bangsa melalui Program Nusantara 21 tahun 1996. Kebijakan ini merupakan upaya pemerintah mempersiapkan diri dalam memasuki era globalisasi untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia agar memiliki kemampuan daya saing global yang tinggi. Setelah itu dilanjutkan dengan Pembentukan Tim Koordinasi Telematika Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 1997 dan kemudian Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 2000 tentang Tim Koordinasi Telematika Indonesia. Kebijakan pemerintah berikutnya adalah pembentukan Action Plan yang melibatkan berbagai instansi terkait, swasta dan masyarakat telematika berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2001. Terakhir kebijakan pemerintah tentang ICT ini diatur dengan Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2003 tentang Tim Koordinasi Telematika Indonesia sebagai pengganti Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Nomor 24/Kep/M.Kominfo/6/2003 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Bidang Sumber Daya Manusia Telematika.
Khusus untuk pendayagunaan ICT di lingkungan pemerintah (e-goverment) telah diatur dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional dalam Pengembangan E-government, merupakan sebuah aplikasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan oleh instansi pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan. Prinsip utama dari e-government adalah menciptakan sebuah pemerintahan yang efektif, efisien dan transparan dengan bantuan teknologi informasi. Dampak positif dari e-government ini adalah pelayanan pemerintah kepada masyarakat menjadi sangat cepat, akses ke informasi pemerintah terbuka lebar, dan sekaligus berarti penghematan besar dalam penggunaan waktu, energi dan sumberdaya.
Adanya kebijakan pemerintah di bidang teknologi informasi dan komunikasi diharapkan dapat mendorong pembangunan dan pengembangan infrastruktur di bidang teknologi informasi secara lebih efektif dan efisien sehingga peman-faatannya dapat dinikmati secara merata di seluruh tanah air.
Penerapan Teknologi Informasi di Perpustakaan
Sejak akhir tahun 1970 gagasan untuk menerapkan teknologi informasi secara lebih efektif mulai menjadi suatu kebutuhan yang menyatu. Hal ini disampaikan oleh Kennedy bahwa pada gagasan tersebut mulai dijelaskan bagaimana sistem otomasi dapat meningkatkan kinerja karyawan. Agar informasi dapat disampaikan secara efektif maka perlu adanya suatu sistem yang dapat memproses penyampaiannya. Kecepatan dan ketepatan penyampaian informasi tersebut harus didukung oleh suatu sistem otomasi yang saat ini sudah merupakah kebutuhan setiap organisasi untuk mengolah data maupun informasi yang dimilikinya. Dilanjutkan oleh Kennedy bahwa penerapan sistem otomasi dalam organisasi dapat (a) mengubah struktur organisasi secara menyeluruh, (b) menciptakan keunggulan kompetitif dengan memberikan cara-cara baru pada organisasi untuk berkinerja lebih baik, (c) menciptakan peluang baru dari kegiatan yang telah ada.
Khusus pada bidang perpustakaan pemanfaatan sistem otomasi menurut Underwood dan Hartley telah diterapkan untuk kepentingan sistem pengamanan koleksi, sistem manajemen pangkalan data dan pengoperasian CD-ROM . Lebih lanjut dijelaskan oleh Storey dan Chang bahwa pemanfaatan sistem otomasi secara online dapat digunakan untuk pemesanan buku, manajemen dan laporan katalog, serta penyampaian saran yang sangat berguna dalam proses evaluasi kinerja pustakawan.
Tiga komponen penting yang harus dipenuhi oleh pengelola perpustakaan yang akan menerapkan sistem otomasi dalam pelayanan informasinya dikemukakan oleh Korfhage yaitu adanya pengguna (user), penyandang dana (funder) dan server yang penanganannya dilakukan oleh tenaga profesional di bidang informasi yang mengendalikan sistem tersebut guna menyiapkan layanan kepada pengguna.
Ketika fasilitas komputerisasi belum menjadi bagian dari perpustakaan, seluruh pekerjaan dilaksanakan secara manual. Keterbatasan tenaga, ruang koleksi, pelayanan informasi merupakan masalah besar yang dihadapi oleh para pengelola perpustakaan untuk dapat memberikan layanan yang memuaskan kepada para penggunanya. Profesi pustakawan tidak banyak menarik minat para generasi muda untuk menggelutinya sekaligus tidak mempunyai daya tarik masyarakat untuk datang mengunjunginya. Slogan "siapa yang menguasai informasi akan menggenggam dunia" dalam kurun waktu yang cukup lama hanya merupakan slogan tanpa bukti yang nyata. Namun dewasa ini, setelah fasilitas komputerisasi merambah perpustakaan terjadi perubahan dan perkembangan yang sangat drastis yang menyebabkan perpustakaan sangat diperhitungkan dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik, seni dan kebudayaan.
Adams menjelaskan bahwa saat ini perpustakaan memiliki fungsi sebagai sarana penyimpan informasi terbesar, yang menerapkan sistem otomasi untuk pengelolaan bahan pustaka dan dokumen, serta teknologi pemanfaatan CD-ROM dan sistem online pangkalan data yang memiliki sistem pelayanan baru melalui fasilitas Jaringan Area Lokal (Local Area Network/LAN) yang dapat menghubungkan beberapa komputer sekaligus dalam berbagi satu sumber informasi. Jaringan Area Lokal pertama kali dibuat untuk komputer pribadi (Personal Computer) oleh Corvus Omnimet pada tahun 1981.
Lebih jauh Convey menjelaskan bahwa melalui LAN informasi dapat diakses dari data yang disimpan dalam pangkalan data di sebuah komputer untuk disebarluaskan bagi mereka yang membutuhkannya. Dengan demikian setiap pustakawan dapat melakukan tugasnya secara terintegrasi meskipun mereka tidak dalam suatu ruang kerja yang sama hal ini merupakan salah satu kelebihan dari penggunaan fasilitas komputerisasi di bidang perpustakaan.
Meskipun begitu canggihnya fasilitas komputerisasi ini dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna tetapi masih tetap harus mematuhi aturan yang berlaku ditinjau dari pengaruh negatifnya yang dinilai dari aspek psikologisnya seperti yang dikemukakan oleh Wallace.
Perpustakaan sebagai salah satu lembaga penyedia informasi tidak akan dapat berperan sebagaimana mestinya apabila tidak didukung oleh SDM yang mampu mengolah informasi yang dapat diakses secara cepat dan memuaskan masyarakat. Kecanggihan sistem teknologi informasi baru dapat dinilai positif apabila memberikan manfaat bagi penggunanya, dan fasilitas canggih ini tidak akan bermanfaat apabila SDM yang menanganinya tidak mampu mengoperasi-kannya secara optimal. Jika demikian halnya maka diperlukan pendidikan yang tepat agar dapat meningkatkan pengetahuan SDM dalam memanfaatkan teknologi informasi dan sekaligus meningkatkan kualitas kerja yang dihasilkannya.
Konteks yang paling erat dengan keadaan tersebut di atas adalah bagaimana upaya dan strategi perpustakaan dalam memberikan layanan informasi yang dibutuhkan masyarakat baik secara langsung maupun melalui sistem jaringan yang dapat diakses oleh pengguna di manapun mereka berada.
Bagaimanapun juga mendapatkan layanan yang cepat merupakan kebutuhan pembaca yang harus dipenuhi, hal ini akan lebih banyak memerlukan tenaga pustakawan apabila dilakukan secara manual (tradisional) dibandingkan dengan cara modern melalui penerapan sistem otomasi sehingga secara mandiri pembaca dapat memilih dan mencari buku yang diinginkannya. Tugas utama Pustakawan menurut Basch terdapat tiga tugas pokok yang dapat dilakukan pustakawan berdasarkan kode etik asosiasi profesi pustakawan tingkat inter-nasional yaitu (1) memberikan informasi yang terbaru dan terakurat mungkin; (2) membantu pengguna untuk mengerti tentang sumber informasi yang digunakan; dan (3) membantu pengguna mengerti akan tingkat realitas layanan yang dapat diharapkan oleh mereka.
Adanya pergeseran kepentingan dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan maka diperlukan perubahan dalam sistem pengelolaan perpustakaan. Untuk itu perlu adanya peningkatan kemampuan dari pustakawan yang sekaligus akan mempengaruhi kinerjanya. Melalui pelatihan maka penerapan sistem otomasi di bidang perpustakaan akan dapat di atasi. Beberapa hal yang dapat dicapai dengan pemahaman dan penguasaan komputerisasi di bidang perpustakaan ini adalah kemampuan dalam mempercepat proses pengolahan, meminimalisasi kesalahan, memberikan kemudahan pengaksesan informasi dan kemampuan mendistribusi informasi secara lintas sektoral melalui sistem jaringan perpustakaan. Tanpa adanya motivasi kerja yang kuat pada diri pustakawan untuk berusaha dan menguasai sistem otomasi ini maka agak sulit bagi dirinya untuk dapat meningkatkan kinerjanya melalui pemanfaatan teknologi informasi canggih ini.
Dari uraian di atas cukup banyak masalah yang dihadapi oleh perpustakaan agar dapat menerapkan secara optimal sistem otomasi yang sangat dibutuhkan oleh para pengelola maupun pengguna perpustakaan dewasa ini. Agar masalah ini dapat diatasi maka terdapat empat faktor yang harus diperhatikan agar kinerja pustakawan dapat ditingkatkan yaitu melalui pelatihan yang intensif, memiliki motivasi kerja yang kuat guna meningkatkan kemampuan diri, memiliki penge-tahuan dan kemampuan tentang fasilitas komputerisasi, dan mampu meman-faatkan pengetahuannya dalam mendayagunakan sistem otomasi perpustakaan secara optimal.
Diterapkannya teknologi informasi di bidang perpustakaan mengakibatkan ter-jadinya perubahan yang cukup mendasar dalam sistem pengelolaan maupun layanan yang dapat diberikan kepada pembaca. Penerapan sistem otomasi di bidang perpustakaan tidak saja berdampak pada kecepatan, ketepatan dan keakuratan informasi yang dapat dilayankan tetapi juga berdampak pada upaya yang harus dilakukan oleh para pustakawan dalam menguasai teknologi informasi ini agar dapat didayagunakan secara optimal.
Pengaruh penerapan teknologi informasi secara global di bidang perpustakaan menyebabkan sistem layanan informasi telah sampai pada tahap penyampaian informasi tanpa batas, waktu, dan wilayah dari suatu negara. Hal ini merupakan tantangan bagi setiap perpustakaan untuk mempersiapkan diri agar dapat berperan aktif dalam berkolaborasi dengan sistem jaringan informasi baik secara nasional maupun global. Munculnya Perpustakaan Digital (Digital/Virtual Library) merupakan suatu kemajuan besar di bidang perpustakaan karena pemanfaatan informasi dapat dilakukan secara lebih universal.
Sebagai suatu organisasi yang berkembang dan bertambah kompleks dalam mengelola informasi yang dimilikinya maka perlu adanya suatu penyesuaian dalam sistem pengolahan informasi. Seperti yang dikatakan oleh Lim bahwa penerapan Sistem Informasi Manajemen (SIM) dapat mempercepat pekerjaan, meningkatkan kualitas pekerjaan dan mengurangi jumlah karyawan serta meningkatkan pelayanan untuk kepuasan pembaca. Penerapan sistem ini ditujukan untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi dari cara tradisional ke cara modern yang dipandang sudah tidak sesuai lagi dalam memproses kebutuhan informasi yang menuntut waktu penyelesaian yang lebih singkat dengan kualitas yang lebih baik. Sebagai dampak dari penerapan sistem otomasi dalam penerapan dan pemanfaatan sistem komputerisasi di bidang perpustakaan secara langsung berpengaruh pula pada kecepatan serta kualitas kerja pustakawan.
Penutup
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah merambah ke seluruh aspek kehidupan termasuk bidang perpustakaan. Hal ini telah merubah sistem pengelolaan perpustakaan yang diterapkan sehingga harus ditunjang dengan sarana prasarana yang dibutuhkan serta peningkatan kualitas SDM perpus-takaan agar dapat mendayagunakan fasilitas canggih tersebut secara optimal.
Penerapan teknologi dan komunikasi yang menyebabkan informasi dapat diakses secara cepat, tepat dan merata di seluruh wilayah Indonesia baik secara nasional maupun global yang dapat mengubah citra perpustakaan dari penyedia bahan pustaka menjadi pusat informasi.
Agar pendayagunaan ICT di bidang perpustakaan dapat dirasakan manfaatnya bagi seluruh masyarakat perlu didukung oleh kebijakan nasional yang mengatur tata laksana pengelolaan dan pendayagunaan teknologi komunikasi dan informasi sehingga terus dapat ditingkatkan kualitas dan efektivitasnya sebagai salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang kita cita-citakan bersama.
Kata Kunci : Teknologi; Informasi; Perpustakaan
Pengarang : Gardjito
Subyek : Perpustakaan -- pengolahan data elektronis Politik informasi
0 Comments